“Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman” — sebuah panduan hidup yang mengajarkan ketenangan, penerimaan, dan kedewasaan dalam menjalani kehidupan:
Dalam budaya Jawa, terdapat banyak falsafah dan pitutur luhur yang diwariskan turun-temurun. Salah satunya adalah ungkapan “aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman.” Ungkapan ini merupakan panduan hidup agar seseorang menjadi pribadi yang bijak, tidak mudah terbawa arus, dan mampu menjalani kehidupan dengan tenang serta penuh kesadaran.
Maknanya adalah kita tidak seharusnya terlalu cepat terkagum-kagum terhadap sesuatu yang tampak luar biasa. Orang yang “gumunan” biasanya mudah terpesona oleh hal-hal baru, sensasional, atau gemerlap duniawi. Dalam konteks kehidupan modern, ini bisa berarti bijak dalam menyikapi pencapaian orang lain atau tren baru. Tetap kritis, tidak silau oleh tampilan luar, dan lebih menghargai esensi daripada kemasan.
“Getun” berarti penyesalan. Falsafah ini mengajarkan kita untuk tidak larut dalam penyesalan atas apa yang sudah terjadi. Penyesalan adalah bagian dari hidup, tapi jangan biarkan hal itu menghambat langkah ke depan. Belajarlah dari kesalahan, ambil hikmahnya, dan terus melangkah dengan mantap. Kehidupan tidak akan berhenti hanya karena kita pernah gagal.
Hidup penuh kejutan, baik menyenangkan maupun menyedihkan. Sikap “aja kagetan” mengajarkan kita untuk selalu siap mental menghadapi segala kemungkinan. Orang yang tidak mudah “kagetan” adalah orang yang telah membiasakan diri untuk berpikir tenang, tidak reaktif, dan mampu melihat persoalan dengan jernih. Ini adalah wujud dari kebijaksanaan dan kedewasaan emosi.
“Aleman” berarti manja atau terlalu bergantung pada orang lain. Falsafah ini menekankan pentingnya kemandirian dan ketangguhan. Dalam hidup, kita harus bisa menghadapi tantangan dengan usaha sendiri, tidak selalu mengandalkan bantuan orang lain. Sikap ini juga mencerminkan keikhlasan dalam berjuang dan tidak mudah mengeluh.
Ungkapan “aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman” bukan sekadar nasihat sederhana, tetapi merupakan pedoman hidup yang dalam dan relevan hingga saat ini. Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan penuh distraksi, falsafah ini mengajarkan kita untuk tetap membumi, berpikir jernih, dan menjalani hidup dengan sadar dan tangguh.
Menghayati dan menerapkan nilai-nilai ini dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang tidak mudah goyah oleh keadaan, tidak mudah terseret emosi, serta lebih bijak dalam menyikapi dinamika kehidupan.